[Batam - dikutip
dari Opini, suaradewata.com] – Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
merupakan negara kepulauan yang terdiri dari hampir 17.845 pulau, terbentang
dari Sabang sampai Merauke. Menjadi negara kepulauan terbesar sekaligus negara
dengan penduduk terbesar ke 4 dunia menjadikan Indonesia sebagai pusat
perdagangan dan industri, baik melalui darat, laut, maupun udara. Posisi
sentral inilah yang membuat negara lain ingin menjalin hubungan kerjasama
dengan Indonesia. Melihat potensi alam dan padatnya penduduk, membuat pihak
asing berpikir bahwa Indonesia adalah negara yang potensial untuk masuknya
barang-barang impor. Kondisi ini yang selanjutnya membuat
kepentingan-kepentingan asing mudah masuk dan menggerogoti bangsa Indonesia.
Salah satu kepentingan tersebut adalah tentang ideologi, yaitu komunisme.
Lantas, apakah yang membuat bangsa ini tetap bertahan dari gempuran kepentingan
asing dan bahaya laten komunisme?
Komunisme
merupakan ideologi hasil buah pemikiran Karl Max dan dipublikasikan pertama
kali pada 21 Februari 1848. Ideologi ini merupakan koreksi untuk paham kapitalisme
di awal abad 19, di mana kaum buruh dan pekerja tani hanyalah bagian dari
produksi yang lebih mementingkan kesejahteraan ekonomi. Seperti kita ketahui,
munculnya komunisme di Indonesia tidak terlepas dari orang-orang buangan
politik dari Belanda dan lulusan mahasiswa-mahasiwa yang berpandangan kiri.
Pergerakan komunis di Indonesia berawal di Surabaya, yaitu ketika terjadi
diskusi intern antar pekerja buruh kereta api Surabaya dan salah satu
anggotanya adalah Semaoen.
Marilah kita
menoleh ke belakang barang sejenak saja. Tepatnya pada tahun 1922, Snevliet
tokoh Belanda yang menyebarkan ajaran Komunis ekstrim untuk membelah bangsa ini
pada jaman kolonal, sehingga putra terbaik bangsa kita Otto Iskandar Dinata
menjadi korban. Geliat tajam terjadi, yaitu penusukan dari belakang oleh PKI
pada tahun 1948. Saat bangsa ini mempertahankan kemerdekaan dari agresi
Belanda, sudah barang tentu mereka akan mengusir penjajah dari bumi tercinta,
tetapi PKI justru bertindak licik. PKI yang dipimpin oleh Muso telah bersikap
biadab merenggut gubernur Jawa Timur pertama, Raden Mas Suryo, beliau gugur di
Ngawi. Gejolak datang kembali menghempas bangsa ini yang didalangi oleh PKI,
yaitu Gerakan 30 September 1965. Gerakan tersebut kita kenal dengan G 30 S/PKI.
Mereka menculik dan membunuh para jenderal serta melakukan kudeta, bahkan
rakyat jelatapun porak-poranda menjadi korban sistim pada waktu itu.
Sangat jelas
pola bahaya laten komunis jaman sejarah selalu melakukan kudeta kekuasaan, baik
melalui jalur peneroran, penculikan dan pembunuhan. Cara ini mudah diamati dan
sudah kuno. Tetapi cara sekarang sangat berbeda. Mereka akan menggunakan unsur
kebobrokan mental rakyat dan generasi muda dengan memberi doktrin, antara lain
:
Mosi tidak
percaya pada elemen eksekutif, legeslatif, atau yudikatif.
Memberikan
dan menebarkan berbagai berita melalui situs internet, handphone atau media
lain dengan cara atau menyisipi berbagai adegan yang merusak moral.
Menjadi
provokator, cara ini dianggap aman karena mereka ingin mengorbankan rakyat yang
tidak tahu sebagai korban.
Globalisasi
menjadi salah satu alasan perubahan pola dan tingkat bahaya laten komunis. Kita
mengetahui bahwa masih ada beberapa negara penganut sistem komunis, misalnya
Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Korea Utara, dan Venezuela. Ada kemungkinan
bahaya laten komunis untuk Indonesia di tahun yang akan datang berasal dari
beberapa aspek. Aspek yang paling menonjol adalah aspek ekonomi dan sosial.
Oleh sebab itu, sebagai generasi muda Indonesia yang tulen kita harus tanggap
permasalahan yang muncul di sekitar kita dan dikaji dengan Pancasila serta
norma agama. Jika ada sesuatu yang telah berseberangan dengan Pancasila dan
norma agama jelas ada indikasi bahwa laten komunis telah menyusup.
Jadi,
mengapa bangsa Indonesia yang beragam ini masih bisa bersatu dalam menghadapi
bahaya laten komunis? Jawabannya adalah Pancasila. Pancasila merupakan salah
satu ideologi terbaik di dunia, hal ini dibuktikan dari pencaplokan nilai-nilai
di dalam Pancasila oleh negara lain, seperti Jerman. Mereka menerapkan
nilai-nilai Pancasila dengan memodifikasi untuk selanjutnya diterapkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara rakyat Jerman. Komunisme berbahaya bagi ideologi
negeri kita yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Komunisme hanya memandang hal-hal
yang rasional dan nyata atau materiil saja. Dengan begitu mereka hanya
memandang agama sebagai candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi
rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata, sehingga komunisme sangatlah
membatasi agama pada rakyatnya bahkan orang-orang dengan paham komunis
cenderung tidak beragama. Hal ini tentu saja sangat berlainan dengan paham
ideologi Pancasila.
Pancasila
mengajarkan penghargaan atas manusia sebagai pribadi. Manusia dihormati karena
kodratnya sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Padanya
terdapat budi yang luhur, yang bersedia memperlakukan orang lain dengan kasih
sayang. Demokrasi Pancasila mengajarkan prinsip musyawarah dalam pengambilan
keputusan, meski mungkin harus dengan pemungutan suara, karena tidak
tercapainya mufakat. Dalam usaha meningkatkan keadilan sosial, Pancasila bukan
saja memperbolehkan, tetapi malahan mendorong, individu berperan secara proaktif
dalam proses produksi. Maka, banyak perusahaan yang dimiliki oleh individu
didirikan. Pancasila tidak hanya mengajarkan kebahagiaan material, tetapi juga
batin. Jadi, memburu mutu kehidupan yang berimbang: kebahagiaan dan
ketenteraman lahir batin. Dengan mencermati ciri-ciri itu sudah dengan
sendirinya tampak adanya pertentangan antara dasar filsafat dan ideologi
Pancasila dengan komunisme. Jadi, antara Pancasila dan komunisme tidak mungkin
dipersekutukan. Itu ibaratnya minyak dan air.
Dengan
menerapkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam Pancasila maka bangsa
Indonesia secara perlahan-lahan akan mampu menangkis segala ancaman yang muncul
dari bahaya laten komunis. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
merupakan pedoman hidup dan bernegara bangsa ini. Nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya merupakan representatif dari segala aspek kehidupan di
negeri heterogen ini. Kebebasan beragama, berpendapat, mendapatkan pendidikan
yang layak dan lain-lain adalah nilai luhur yang ditawarkan Pancasila. Jika
komunis diterapkan di Indonesia maka kekuasaan sepenuhnya berada di tangan
negara sehingga membuat penduduk atau warga negara tidak bisa berkembang.
Karena mereka akan merasa terkekang dan dikontrol ketika akan melakukan sesuatu
sudah pastilah, bahwa tidak ada idelogi yang mampu menandingi kesaktian
Pancasila. Tidak ada ideologi selain Pancasila yang pantas diterapkan di negara
Indonesia yang heterogen ini.
Sebenarnya
sungguh berat beban yang harus dipikul oleh generasi muda Indonesia dalam
menghadapi bahaya laten komunis di era globalisasi, karena paham ini terus
berkembang dengan berbagai cara dan metode. Tetapi kita harus yakin senjata
persatuan dan kesatuan kita cukup ampuh ditopang dengan Pancasila sebagai dasar
negara dan doktrin kita yang tak akan pernah legam, bahwa NKRI Adalah Harga
Mati. Dengan cara itu, pastilah generasi muda Indonesia mampu menanggulangi dan
mengikis habis bahaya laten komunis di negara ini.
Setelah kita
mencermati runtutan segelumit uraian penulis tadi, sangat jelas dan nyata bahwa
paham komunisme dikatakan laten yaitu bahaya yang dapat muncul pada waktu yang
tidak dapat diduga. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang tinggal di era
reformasi, tidak mau mengulang beberapa tragedi yang memilukan itu. Kita adalah
mata tombak kokohnya negeri ini, bukan hanya TNI, polisi, intelijen, pejabat
negara atau pegawai negeri yang harus berperan aktif dalam mengantisipasi
bahaya laten, tetapi kita (bangsa Indonesia yang bersatu).
Kita yang
harus ikut serta menghadang dan menanggulangi semua ancaman, hambatan,
tantangan dan gangguan dar bahaya laten komunis di negeri tercinta ini. Karena
hal tersebut adalah cerminan sikap generasi muda Indonesia dari Sabang sampai
Merauke dari Mianggas sampai Pulau Rote. Marilah kita petik satu saja ungkapan
Bung Karno dan kita tanamkan dalam sanubari masing-masing. Ungkapan beliau
adalah “JAS MERAH” Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah”. Nyata sudah bahwa
sejarah adalah bukti nyata yang harus kita telaah dan kita ambil hikmahnya.
Bila kita mampu menelaah dan meresapi dengan baik sangat, maka mendalam
ungkapan dari Bung Karno tersebut.
Hal ini
menunjukkan betapa kokohnya negeri ini, betapa kuatnya cengkeraman Pancasila
dan harga mati untuk NKRI. Sebagai generasi muda Indonesia, sangat pantas kita
semayamkan sikap patriotisme dan nasionalisme di dada kita.*
Rika Prasatya
Kontributor pada Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN)