Ayah (Sebuah Renungan) - Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA



Wahai hamba Allah, renungkanlah kedudukan ayahmu, besarnya jasa ayahmu kepadamu. Ayahmu, engkau adalah setetes air maninya, engkau adalah belahan dirinya. Betapa banyak harapan yang ia harapkan darimu. Jangan kau tanya tentang besarnya kegembiraan atau tingginya kebahagiaan yang meliputinya tatkala ia dikabari bahwa ibumu hamil mengandungmu. Ia begitu gembira sementara engkau masih dalam perut ibumu, engkau masih belum keluar di dunia ini. Semakin bertambah umurmu, semakin berlalu bulan demi bulan, maka semakin besar penantiannya menantimu, semakin sayang kepada ibumu karena engkau dalam kandungannya. Kerinduan semakin meliputinya menanti saat-saat kelahiranmu. Ia menghitung hari dan malam menanti pertemuan yang indah denganmu, betapa besar harapan yang ia gantungkan pada dirimu, betapa banyak angan-angan yang berputar di benaknya. Tatkala tiba saat engkau akan keluar dari perut ibumu, tatkala ibumu menghadapi kesakitan luar biasa, ayahmu juga merasakan beratnya penderitaan ibumu. Ayahmu berdoa dengan penuh cemas dan kegelisahan agar Allah meringankan penderitaan ibumu, berdoa agar engkau keluar dengan selamat.
Ayah (Sebuah Renungan) - Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA


Hingga tatkala ia mendengar tangisanmu, teriakanmu, ia pun tak kuasa mengalirkan air mata kebahagiaan, ia terlalu terharu melihatmu, kasih sayang yang tiada tara kepadamu mengalir di lubuk hatinya. Ia begitu gembira melihatmu, wajahnya berseri-seri tatkala memandangmu. Jangan kau tanya tentang cintanya kepadamu, jangan kau tanya tentang sayangnya terhadap dirimu. Itulah hari bersejarah yang tidak akan terlupakan dalam ingatan ayahmu. Sejarah kebahagiaan pertemuan denganmu. Kemudian terus bertambah hari, bertambah pula kasih sayangnya kepadamu, hingga jadilah engkau adalah nomor satu, prioritas utama dalam kehidupannya. Jadilah engkau yang dilayani di siang dan malamnya, pikirannya selalu bersamamu, hatinya selalu bersamamu, engkaulah yang selalu ia tanyakan. Ia bergembira tatkala melihat senyumanmu, ia begitu gelisah dan resah jika engkau menangis apalagi sakit. Ia tidak ingin engkau tersakiti sedikit pun. Hatinya akan teriris-iris jika mendengar tangisan sakitmu. Malam-malam ia lalui dengan begadang karena gelisah memikirkanmu, betapa sering matanya tak kuasa menahan aliran air mata karena kawatir akan kesehatanmu. Tatkala engkau semakin besar, pandangannya kepadamu semakin penuh harapan. Semua keinginanmu dipenuhi, cita-citamu selalu ia perjuangkan. Ia bahagia dengan bahagianya dirimu, dan ayahmu sedih jika engkau bersedih. Betapa banyak air matamu yang terhapus dengan pelukannya. Betapa banyak kegelisahan dalam hatimu yang ia hilangkan dengan belaiannya. Ia bekerja untukmu tak kenal lelah, keringat bercucuran dari peluhnya tidak ia pedulikan. Hingga tatkala engkau menjadi seorang pemuda, jadilah dirimu adalah kebanggaannya. Engkau diceritakan di sana dan di sini, ia gembira dengan keberhasilanmu, ia bahagia melihat derap langkah kakimu.

Ayah (Sebuah Renungan) - Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA


Tahun-tahun berlalu, inilah hasil perjuangannya mendidikmu selama ini. Jerih payahnya yang penuh dengan kesulitan dan penderitaan demi memperjuangkan kebahagiaanmu. Betapa banyak kesedihan yang ia lalui tatkala mendidikmu, di mana engkau dahulu membangkangnya. Betapa banyak gelas-gelas air mata pilu yang harus diminumnya ketika engkau nakal dan melawannya. Memang ia pernah memarahimu, tapi itu semua karena rasa sayang kepadamu. Mungkin ia pernah menjewermu dan membentakmu, akan tetapi semua itu karena kawatir akan dirimu. Ia melawan kerasnya kehidupan, bertarung mencari nafkah, semuanya demi kebahagiaanmu, demi untuk melihat senyumanmu. Betapa sering engkau memintanya untuk membelikan sesuatu, sementara engkau tidak tahu kondisinya yang begitu berat sedang ia hadapi, namun ia tidak mengutarakannya kepadamu. Engkau tidak peduli dengan dirinya, akan tetapi ia begitu memedulikanmu. Baginya yang penting kebutuhan sekolahmu, kebutuhan kuliah dan pendidikanmu terpenuhi. Ia tidak peduli meski harus berutang, ia tidak peduli meski harus dimaki dan dihina orang, semua itu demi dirimu. --------------------------------------------------------------------------------

0 Komentar